Selasa, 26 November 2013

Penanganan Zat Kimia di Laboratorium

Penggunaan bahan kimia merupakan hal penting bagi laboratorium. Sifat B-3 dari bahan kimia seperti mudah meledak, toksik, korosif, mudah terbakar dan merusak lingkungan, dapat menimbulkan kecelakaan atau gangguan kesehatan. Hal ini menuntut pekerja Laboratorium untuk dapat mengelola penggunaan dan penyimpanan bahan kimia secara baik sesuai dengan karakteristiknya.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia di laboratorium:
1.     Aman
Karena alat dan bahan laboratorium relative mahal maka alat disimpan untuk menghindairi pencurian dan kerusakan.  Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya tidak akan berkurang.
2.    Mudah dicari
Untuk memudahkan pencarian alat dan bahan, perlu diberi tanda/kode dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
3.    Mudah diambil
Penyimpanan alat dan bahan membutuhkan ruang penyimpanan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

Selain prinsip di atas, hal - hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Dan dalam penyimpanan bahan – bahan kimia yang juga harus diperhatikan diantaranya adalah wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat, label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat tersebut menguap.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari zat tersebut (padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan basa), sifat bahaya zat (korosif, mudah terbakar, racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat laboratorium, sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
1.    Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2.    Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastic.
3.    Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan daam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
4.    Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam botol berwarna bening.
5.    Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
6.    Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing bahan
7.    Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar.

        Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang baik adalah di ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Tempat penyimpanan bahan cair seperti asam, kloroform sebaiknya di simpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya dapat disimpan dalam lemari tersendiri.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
1.    Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena benda panas, terkena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organik dapat dibagi menjadi 3 golongan:
a.    Cairan yang terbakar di bawah temperatur -40 C, misalnya karbon disulfida, eter, benzena, aseton.
b.    Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -40 C – 210 C, misalnya etanol dan methanol
c.    Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 210 C – 93,50 C, misalnya kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
·    Temperatur dingin dan berventilasi,
·    Tersedia alat pemadam kebakaran,
·    Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.

2.    Bahan mudah meledak
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ (E) dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.
Syarat penyimpanan:
·    Ruangan dingin dan berventilasi
·    Jauhkan dari panas dan api
·    Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

3.    Bahan beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin, sublimat, persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
·    Ruangan dingin dan berventilasi
·    Jauh dari bahaya kebakaran
·    Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
·    Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
·    Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan




4.    Bahan korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive (C)” adalah merusak jaringan hidup. Contoh asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan :
·    Ruangan dingin dan berventilasi
·    Wadah tertutup dan beretiket
·    Dipisahkan dari zat-zat beracun

5.    Bahan Oksidator
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ”oxidizing (O)“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu).
Syarat penyimpanan :
·    Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
·    Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
·    Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6.    Bahan reaktif terhadap air
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan :
·    Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
·    Jauh dari sumber nyala api atau panas
·    Bangunan kedap air
·    Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7.    Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.

Syarat penyimpanan:
·    Ruangan dingin dan berventilasi
·    Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
·    Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hidrogen
·    Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

8.    Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
·    Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
·    Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
·    Jauh dari api dan panas
·    Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub

        Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu penyimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan. Dan juga bahan – bahan kimia lainnya yang memiliki sifat khasnya masing- masing yang harus diperhatikan oleh pengelola laboratorium.
    Selain penanganan untuk bahan – bahan kimia yang belum dipergunakan, maka penanganan untuk proses pembuangan limbah laboratorium juga tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
1.    Pembuangan langsung dari laboratorium.
Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalamj air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
2.    Pembakaran terbuka.
Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
3.    Pembakaran dalam insenerator.
Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
4.    Dikubur didalam tanah
Dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

Referensi
Budimarwanti, C.,(2012) Pengelolaan Alat dan Bahan di laboratorium Kimia, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp.pdf.
Edy Saputra, Yoky., (2008), Pembuangan dan Penanganan Bahan Kimia Tumpahan di Laboratorium, http://chem-is-try.org/Pembuangan-dan-Penanganan-Bahan-Kimia-Tumpahan-di-Laboratorium.html.
Fitriani,  Aulia., (2012),  Kiat Menyimpan Alat dan Bahan Kimia di Lab, http:// Bapelkes-Cikarang.com/ Kiat-Menyimpan-Alat-dan-Bahan-Kimia-di-Lab.html
Kadarohman, A., (2007), Manajemen Laboratorium IPA,DEPAG RI; Jakarta. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196305091987031-r._asep_kadarohman/manajemen_laboratorium_ipa_depag.pdf.
Mardhiah, Ainun., (2012), Pedoman Penyimpanan Zat Kimia Di Laboratorium Untuk Kesehatan Dan Keamanan, http://www.Ainun- Mardhiah.blogspot.com/Pedoman-Penyimpanan- Zat-Kimia-Di-Laboratorium-Untuk-Kesehatan-Dan-Keamanan.html.
Muchtaridi, Keselamatan kerja di laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD http://www.keselamatankerjalaboratorium,pdf.
Situmorang, M., (2013), Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium, PPS Unimed, Medan.
The National Academies, Keselamatan dan keamanan  laboratorium kimia, National Research Council, http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/Quick-Guide-Indonesian.pdf. (Diakses tanggal 2 Agustus 2012).
Widjajanti, Endang., (2003), Pengelolaan Bahan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yokyakarta; Yokyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar